ASAL USUL TANJUNG
Setiap tempat pasti memiliki cerita,
entah itu cerita asal usul nama ataupun kejadian yang unik. Begitu juga dengan
desa Tanjung. Nama Tanjung tidak seta merta muncul begitu saja. Namun dibalik
nama tersebut menyimpan sejarah dan makna. Sejarah Desa Tanjung tidak terlepas
dengan sejarah Goa Mandalia.
Pada tahun 1425 di Desa Langsar dan Desa Tanjung merupakan
hutan yang lebat. Di antara tiga desa,
yaitu Desa Pagar Batu, Tanjung dan Langsar terdapat sebuah gua yang dikenal
dengan nama Gua Mandalia. Dahulu kala ada seorang pertapa di Goa Mandalia, pertapa
tersebut bernama Agung So’on. Beliau berasal dari Paroppo Pamekasan Batu Ampar, dan menikah dengan seorang wanita dari Desa Langsar. Kakek dari Agung So’on berasal dari salah satu
dusun di Desa Tanjung yaitu Dusun Nonggunong yang juga seoarang pertapa. Agung
So’on mempunyai anak bernama Kyai Abu Samsuddin yang berada di Paroppo Batu Ampar Pamekasan. Abu Samsuddin mempunyai anak
bernama Agung Kamuning, dan Agung Kamuning memiliki anak
bernama Agung
Marju.
Di
Goa Mandalia terdapat sebuah batu yang sangat besar, dan di dalam batu tersebut
terdapat sebuah kuburan (makam). Pada suatu hari di bulan purnama, Agung So’on
Lake’ dan anaknya Agung Kemuning serta Agung Marju berkumpul di depan Gua
Mandalia. Mereka bertukar pendapat mengapa gua tesebut dinamakan Gua Mandalia.
Agung
Kamuning mengatakan bahwa goa
ini dinamakan dengan Goa Mandalia, sebab di Goa tersebut diceritakan banyak kejaiban yang terjadi.
Agung Kemuning dan adiknya Agung Marjuk mengadu kesaktian dimana yang berhasil atau
menang itu berarti telah diterima oleh Allah SWT. Agung Kamuning menarik
atau
memasang benang dari Goa Mandalia sampai di Pinggir Siring yang ada di Talongtong di tempat
nenek moyangnya, yaitu di Nonggunong. Di selatan Agung Marju (Juju’ Marju) tugasnya harus
menyambung ilalang, ilalang tersebut disambung sampai ke Pinggir Siring yang berada
di selatan Pagar Batu, setelah matahari mau terbenam Juju’ Marju berjalan di atas ilalang yang telah
disambung. Benang yang dibuat jalan oleh agung Kemuning yang menuju ke utara yaitu Talongtong, benang
tersebut tidak putus jadi kalau benang tersebut tidak putus berarti persemediannya
sukses atau berhasil. Namun jalan yang
menuju ke selatan benang atau lalang yang di
sambung itu putus, tapi oleh mereka benang yang putus
di sambung kembali. Tempat ilalang tersebut saat putus di beri nama
Sampung Salendang dan tempat setelah ilalang tersebut di sambung kembali diberi nama Kampung Talabbu. Yang berhasil memasang benang tanpa putus adalah
Agung Kemuning.
Di
Goa
Mandalia juga ada seorang pertapa lain yang
bernama Kyai Noer Alam dan Ju’
Kapettoh. Mereka berdua juga memiliki saudara bungsu yang lebih sakti. Saudara
bungsunya tersebut kalau berperang hanya membawa sedikit bekal. Siang dan malam
beliau tidak pernah tidur, sehingga diberi julukan si Celeng Tato. Sekarang
makamnya terdapat di Dusun Nonggunong. Suatu ketika Kyai Nur Alam menantang Si
Bungsu untuk mengadu kesaktian. Kyai Nur Alam berkata kepada Si Bungsu “kalau kamu sakti atau beruntung dan sudah diterima oleh
Allah SWT , maka sekarang aku punya segumpal daging untuk dijadikan seorang
gadis cantik”. Kemudian setelah itu
Kyai Noer Alam mengambil
segumpal daging, lalu disirami dengan air kehidupan, dan daging tersebut menjadi seorang anak yang baik.
Tapi
pada saat itu air yang ingin
beliau gunakan untuk mensucikan anak tersebut habis. Lalu beliau menancapkan tongkatnya, seketika itu keluarlah air. Dan tempat tersebut
mejadi sebuah taman (pemandian). Setelah itu bayi tersebut disucikan di taman oleh Kiyai Noer Alam, dan beri nama Sekar Sari. Setelah Sekar Sari beranjak dewasa
dia dipinang oleh anaknya panglima Tanjung , kemudian
setelah itu mereka menikah, dan dikaruniai seorang anak
yang bernama Sekar Tanjung. Sekar tanjung
bersemedi di taman yang ada di Tanjung.
Sekar sari dikaruniai anak kedua yang bernama Bunga Tanjung, lalu Bunga Tanjung diambil menantu
oleh Kerajaan Lobuk. Sebagai balas jasa
atas segumpal daging yang telah beliau ubah menjadi bayi maka Kiyai Noer Alam pada musim kemarau memberikan permintaan kepada Sekar Sari. Kyai Noer Alam ingin memiliki pohon kelapa yang tinggi dan berbuah
banyak. Dengan kesaktian Kyai Noer Alam, beliau bisa membelah kelapa hanya dengan sentuhan
jarinya. Satu
permintaan lagi dari Kyai Noer Alam , beliau
meminta jagung yang muda, namun pada saat itu musim kemarau. Dengan kesaktiannya maka Kyai Noer Alam mengibaskan surbannya, maka keluarlah jagung.
Ju’ Kapettoh mempunyai
tugas untuk membuat Yusuf Prakara yang menyerupai tulisan hana caraka dari daun siwalan, setelah Yusuf Prakara bersemedi di
pohon siwalan selama 1 minggu, Yusuf Prakara ini yang menceritakan keadaan Tanjung dan dusun yang ada di Tanjung serta goa Mandalia, Yusuf Prakara ini
bertempat tinggal di Desa Langsar Dusun Karokoh , yang kedua ada di Desa Tanjung ,yang ketiga
ada di Pagar Batu dan yang ke empat ada di Pinggir Papas yang kelima
ada di Kalianget, yang ke enam ada di Pamekasan, yang ke tujuh ada di Bangkalan, setelah satu orang sudah mempunyai satu kitab yang
dinamakan sejarahnya desa tanjung, binabah, dan nonggunong.
0 komentar:
Posting Komentar