Selasa, 01 Agustus 2017

Meminimalisir Penyakit ice – ice melalui Penyuluhan


       Senin – 31 Juli 2017, Bertempat di Balai Desa Tanjung, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata dari Universitas Trunojoyo Madura menyelenggarakan penyuluhan bagi petani rumput laut. Acara yang bertajuk “Penyuluhan tentang Budidaya dan Penanganan Penyakit Rumput Laut” dihadiri sekitar tiga puluh warga dari perwakilan kelompok tani rumput laut se Desa Tanjung. Acara yang menghadirkan Bapak Dr. Apri Arisandi, S.Pi., M.Si., dari program studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura sebagai pemateri dimulai sekitar pukul 13.00 WIB. Dilaksanakannya kegiatan ini didasarkan pada hasil panen rumput laut Desa Tanjung yang terserang penyakit, sehingga berdampak pada harga jual. Harga panen yang semakin turun membuat resah para petani rumput laut dan dibutuhkan bimbingan demi memulihkan harga dan kualitas rumput laut desa Tanjung.
            Total dari dua puluh dua kelompok tani rumput laut se desa Tanjung menghadiri acara penyuluhan ini. Pemateri memaparkan bahwa penyakit ice – ice yang terjadi pada rumput laut desa Tanjung memiliki kondisi yang lebih parah dibandingkan dengan yang ada di Kecamatan Bluto. Penyakit ice – ice mengakar hingga masuk kedalam bonggol rumput laut. Beliau menjelaskan bahwa penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio sp yang membuat rumput laut berwarna putih atau merah seperti besi berkarat pada usia lebih dari 30 hari. Kondisi air laut yang subur dan tenang juga menjadi pendukung suburnya penyakit ini. Setelah memaparkan materi, beliau langsung mengajak para kelompok tani untuk berdiskusi seputar permasalahan rumput laut. Beberapa kelompok tani menceritakan bagaimana mereka mampu bertahan dengan kondisi rumput laut yang semakin menurun. Penyakit rumput laut di desa Tanjung hanya diatasi menggunakan pembersih detergen untuk membersihkan dari penyakit.
            Diakhir sesi Bapak Apri memberikan saran untuk mengatasi penyakit ice-ice. Solusi yang ditawarkan adalah membeli sebuah bahan kimia yang digunakan untuk merendam bibit rumput laut sebelum ditanam dilaut. Kemudian solusi kedua adalah mengajukan bantuan berupa PH Pen kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumenep untuk mengetahui kadar keasaman air laut sebagai pendukung penanaman rumput laut. Dari acara ini, beberapa kelompok tani mendapatkan pencerahan mengenai budidaya dan penanaganan penyakit rumput laut.






MUTIARA SENJA TANPA TANDA JASA

MUTIARA SENJA TANPA TANDA JASA
(KI MARTO)



SOSOK – Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Madura. Desa dengan mayoritas penduduk beragama islam ini sangat kental dengan suasana sore hari yang ramai anak-anak pulang mengaji di surau atau madrasah. Salah satu tempat anak-anak mengaji di desa ini adalah Madrasah Diniyah Nurul Mannan, lokasinya berada di samping Masjid Al-Hidayah Pangleman.
Ki Marto, begitu panggilan kesehariannya merupakan satu-satunya guru mengaji merangkap sebagai penjaga di madrasah tersebut. Beliau merupakan seorang pensiunan TNI yang terpanggil hatinya untuk kembali ke Desa Tanjung, karena kondisi madrasah ‘kosong’. Selama kurang lebih delapan tahun Ki Marto pernah tinggal di Jawa, tepatnya Kota Blitar. Menurut informasi dari hasil wawancara dengan putri beliau, Ki Marto sudah lama menekuni kesehariannya dengan mengajar anak-anak mengaji tanpa menyebutkan pasti dimulai tahun berapa. Usia Ki Marto saat ini kurang lebih 70 tahunan keatas.

Ki Marto mengajar tanpa bayaran dalam bentuk apapun, beliau murni ingin menjadi fasilitator agar anak-anak di desa ini mampu membaca Al-Qur’an. Ditemui seusai mengajar, Ki Marto memberikan keterangan bahwa muridnya sudah tidak lagi sebanyak dulu. Saat ini hanya ada kurang lebih dua puluh lima anak, itupun tidak semuanya hadir setiap hari. Saat ini di beberapa surau juga sudah menyediakan fasilitas belajar mengaji dengan lokasi dan fasilitas yang memadai. Ki Marto tidak pernah menyurutkan niatnya untuk mengajar meskipun murid yang datang hanya satu atau dua orang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, Ki Marto mengandalkan penghasilan dari sang istri yang membuka warung kecil untuk berjualan nasi di pagi hari. Selain itu, Ki Marto juga menghabiskan sepanjang harinya untuk menjadi muadzin sekaligus imam di masjid tersebut jika para pemuda di desa berhalangan. Beliau yang biasa membersihkan agar kondisinya tetap suci terjaga. Di waktu lain Ki Marto juga mencari rumput untuk beberapa ekor kambing peliharaannya. Pantang bagi beliau untuk meminta-minta selagi diberi kemampuan untuk berusaha. (YI/1)