Melalui Kreatifitas dan Inovasi, Kelompok KKN-T 45 Universitas Trunojoyo Madura Ubah Limbah Tempurung Kelapa Menjadi Briket yang Memiliki Nilai Guna.
Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik di Desa Tanjung Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep berhasil berinovasi memanfaatkan limbah tempurung kelapa menjadi sebuah pruduk yang memiliki nilai guna yaitu berupa briket. Hal tersebut dilakukan oleh kelompok 45 yang terdiri dari 15 anggota yakni Febriyan Ardyansah (Ekonomi Pembangunan), Jamaliyatus Soliha (Manajemen), Niken Ayu Safitri (Sistem informasi), Diah Uminatun Nasi’ah (Ilmu Hukum), Livia Arianti (Akuntansi), Zarita Nanda Amalia (Ekonomi Pembangunan), Reyhan Marvel Aryobowo (Ilmu Hukum), Shofya Lutfhi Kosasih (Ilmu Hukum), Berlian Ari Andani (Pendidikan IPA), Moh Sucip ( Akuntansi), Yulia Safitriana ( Ekonomi Pembangunan), Yanuarsyah Imadduddin ( Sistem Informasi), Maulana Malik Ibrohim ( Teknik Informatika), Ahmad Heriyanto Zuhda Wardana (Teknik Mesin), Mahmudah (Ilmu Hukum) yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan Bapak Darul Islam, S.E., M.M
Pemanfaatan
limbah tempurung kelapa sebagai bahan arang briket dilatarbelakangi oleh
banyaknya limbah tempurung kelapa yang berserakan di pesisir pantai hingga
rumah warga di Desa Tanjung. Melihat banyaknya komoditas dan limbah tempurung
kelapa disekitaran desa Tanjung menjadikan kelompok KKN-T 45 berinisiatif untuk me-reuse-nya
kembali menjadi bahan bakar energi terbarukan yakni briket tempurung kelapa. Briket
dihasilkan dari pemanfaatan limbah tempurung kelapa yang sering kali tidak
dimanfaatkan oleh masyarakat. Padahal produksi kelapa pasti banyak dan
berkepanjangan sehingga jika disulap menjadi energi alternatif pasti memiliki
nilai jual yang relatif jauh lebih murah dibandingkan bahan bakar konvensional.
“Kelompok
45 sangat berantusias dalam pembuatan arang briket terbukti dengan semangat
teman teman dalam proses pembuatan briket” Ujar Febri selaku koordinator desa
Tanjung. Adapun proses pembuatan briket dimulai dari pencarian
limbah tempurung kelapa lalu dikumpulkan menjadi satu, setelah itu tempurung
kelapa dibersihkan dan dijemur untuk menjemur tempurung kelapa sendiri memakan
waktu 2- 3 hari dalam proses pengeringannya, nah setelah kering tempurung
selanjutnya di bakar di dalam wadah tong bekas dengan durasi 1 jam sampai 3 jam
untuk hasil yang optimal, setelah proses pembakaran, arang di tumbuk sampai
alus dan disaring menggunakan saringan.setelah itu membuat tambahan adonan buat
campuran briket yaitu tepung kanji, untuk tepung kanjinya sendiri pertama
direbus dengan takaran tepung kanji 1 kg dengan air 2 gelas atau 1 gelas
setengah setelah itu dipanaskan atau dimasak hingga kental dan seterusnya
disatukan dengan bahan arang yang halus dijadikan satu dengan adonan tepung
kanji diaduk hingga menyatu setelah itu
dimasukan didalam cetakan yang telah ditentukan dan dibentuk sesuai selera.
Hasil
pembuatan briket tersebut kemudian disosialisasikan kepada seluruh lapisan
masyarakat Desa Tanjung. Dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan agar supaya pembuatan
briket dari limbah tempurung kelapa dapat terus dikembangkan oleh masyarakat
desa Tanjung, sehingga masyarakat tidak lagi bergantung pada kayu bakar, minyak
tanah, dan bahan bakar gas. “Dengan adanya kegiatan pembuatan briket tersebut,
kita juga sudah berperan di dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan cara
memanfaatkan limbah perkebunan(tempurung kelapa) yang selama ini terbuang
percuma”. Ujar Febri selaku koordinator Desa di Desa Tanjung Kecamatan Saronggi
Kabupaten Sumenep.